Pemprov NTT : Kerapu dan Rumput Laut Maju Pesat dan Ditetapkan Menjadi 3 KKD

0
19
Foto berita
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, saat Kunker di Pulau Semau. Foto : KKP

FOCUS NEWS INDONESIA.com, Kupang – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemrov NTT), lewat kepemimpinan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef A.Nae Soi, sukses mengelola budidaya Ikan kerapu dan Rumput Laut serta lewat perjuangan mereka maka NTT ditetapkan menjadi 3 Kawasan Konservasi Daerah (KKD) berlokasi di kabupaten Flores Timur, Lembata dan Sikka oleh Menteri Perikanan dan Kelautan.

.Dalam Pidatonya pada Hari Ulang Tahun Provinsi Nusa Tenggara Timur yang ke 63 tanggal 20 Desember 2021 yang baru lalu, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menyampaikan capaian-capaian program strategis yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTT selama 3 tahun dibawah kepemimpinan dirinya bersama Wakil Geburnur Josef Adreanus Nae Soi.

Gubernur menjelaskan, sejak Tahun 2018 telah dikembangkan budidaya ikan kakap putih dan kerapu di Kawasan Mulut Seribu-Rote Ndao untuk mendukung pengembangan pariwisata di daerah tersebut melalui penyediaan 3 unit keramba dengan jumlah benih ikan yang ditebar sebanyak  9.000 ekor serta 1 unit rumah jaga dan 1 unit bagan kelong. Selain di Rote Ndao, budidaya perikanan juga dilaksanakan di Labuan Kelambu, Kabupaten Ngada.

Dan awal Tahun 2020 telah ditebar 1 juta ekor benih kerapu untuk pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan antara Kabupaten Ngada dengan Manggarai Timur.  Dan untuk menunjang budidaya perikanan di dua lokasi itu maka diharapkan masing-masing Pemerintah Kabupaten memberdayakan BUMD, BUMDes maupun koperasi untuk memproduksi pakan ikan sendiri dengan memanfaatkan potensi setempat dengan pola padat karya.

Selain 2 (dua) lokasi tersebut, juga telah dilakukan pilot project budidaya kerapu di Pulau Semau dengan 9 (Sembilan) Unit Keramba Jaring Apung Bulat. Sampai dengan saat ini telah dilakukan 2 (dua) kali panen dengan total  2 (dua) ton ikan kerapu hidup yang telah di ekspor ke Hongkong. Sementara itu, Pemprov NTT terus mengembangkan budidaya rumput laut sebagai salah satu komoditi andalan dari sektor kalautan yang menjanjikan.

Gubernur menjelaskan lagi dalam pidatonya bahwa dari potensi pengembangan rumput laut seluas 53.000 hektar, saat ini baru dimanfaatkan 11.000 hektar dengan produksi rumput laut pada tahun 2019 sebanyak 1.645.925 ton basah dan meningkat pada tahun 2020 menjadi 2.003.478 ton basah atau terjadi peningkatan produksi sebanyak 357.553 ton basah. Untuk meningkatkan produksi, pada tahun 2021, Pemerintah telah memberikan bantuan hibah peralatan dan bibit rumput laut kepada 1.338 pembudidaya.

“kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,  karena meskipun perjalanan provinsi ini penuh dengan tantangan, terutama tahun ini kita masih berada dalam tekanan pandemi Covid-19 dan hantaman badai seroja, bahkan kemarin kita masih digoyang oleh gempa tektonik, namun provinsi ini masih kuat  tegak berdiri sampai hari ini dan masih mampu menjalankan serta menyelasaikan  program-program strategis guna melayani kebutuhan masyarakat NTT,”ungkap Gubernur dalam pidato tersebut.

Lewat pidatonya, Gubenur mengajak semua masyarakat untuk membangun narasi baru tentang NTT, yaitu narasi yang membangkitkan harapan baru. Masyarakat NTT diminta untuk meninggalkan narasi lama tentang NTT yang membuat masyarakat  terperangkap dalam kepasrahan “Nanti Tuhan Tolong” yang dinilai merendahkan martabat orang NTT. Katanya, dengan narasi baru, yaitu NTT sebagai “Negeri Tergantung Tindakan” memberi optimisme bahwa kita dapat menciptakan kemakmuran hanya dengan kerja cerdas, kerja keras dan kerja jujur,”ucap Gubernur dalam Pidatonya.

“Narasi baru tersebut merupakan narasi optimistik yang harus ditularkan dan diviralkan kepada segenap  warga NTT sebagai spirit baru melahirkan etos kerja yang tangguh, ulet dan inovatif. Dia mengajak seluruh masyarakat untuk membangun ekspektasi imajinatif tentang NTT baru dalam skenario visi NTT Bangkit, NTT Sejahtera untuk memaknai ulang tahun NTT ke-63 tersebut,”tuturnya.

MENTERI  TRENGGONO KUNJUNGI KERAMBA IKAN DI PULAU SEMAU

Dalam Siaran Pers Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor: SP.681/SJ.5/VI/2021 Tertanggal 30 Juni 2021,  Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya di sektor kelautan dan perikanan. Sebagai bentuk keseriusannya, Menteri Trenggono mengunjungi lokasi Keramba Jaring Apung (KJA) di Pulau Semau, Kabupaten Kupang yang menjadi pilot project kegiatan budidaya ikan kerapu dan kakap Pemerintah Provinsi NTT.

“Saya dan Pak Gubernur sudah sepakat mulai tahun 2022 kami akan memfokuskan kegiatan budidaya di NTT dan juga NTB, saya berharap budidaya ikan ini akan menjadi andalan  di waktu mendatang,” ungkap Menteri Trenggono.

 Pada kesempatan tersebut, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memberikan bantuan kepada perwakilan Pokdakan Provinsi NTT berupa 17 paket bioflok, 5 paket bantuan kebun bibit rumput laut di Kabupaten Sumba Timur, 20.000 ekor benih kakap putih, dan 20.000 ekor benih bawal bintang.

 Kunjungan kerja ke NTT tersebut merupakan salah satu tindak lanjut Menteri Trenggono setelah mengikuti rapat koordinasi bidang kemaritiman dan investasi dengan Menkomarves, Luhut Binsar Pandjaitan minggu lalu terkait percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi NTB dan NTT. Turut mendampingi Menteri Trenggono antara lain Dirjen Perikanan Budidaya, Dirjen Perikanan Tangkap, Direktur Pemantauan dan Operasi Armada, para Staf Khusus dan Asisten Khusus Menteri, serta hadir pula menemani Gubernur NTT, serta Bupati Kupang.

FLOTIM, LEMBATA DAN SIKKA JADI KAWASAN KONSERVASI DAERAH

 

Pada tanggal 21 Oktober 2021, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menetapkan tiga Kawasan Konservasi Daerah (KKD) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di wilayah Kabupaten Flores Timur (150.069,35 ha), Lembata (199.688,38 ha), dan Sikka (75.097,68 ha) melalui KEPMEN KP No 94, 95, dan 96 Tahun 2021. Keberhasilan ini dipeoleh berkat perjuangan keras dari Pemerintah Provinsi NTT dalam upaya Pelestarian Sumber Daya Pesisir dan Laut di Wilayah Nusa Tenggara Timur.

Dengan demikian, sampai saat ini, luasan total 5 kawasan konservasi yang telah ditetapkan di NTT menjadi 4,201,548.79 ha, dengan dua kawasan lainnya adalah Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu (3,5 juta ha), serta Suaka Alam Perairan Selat Pantar dan Laut Sekitarnya (276.693,38 ha). Untuk TNP Laut Sawu merupakan Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang dikelola oleh Balai Kawasan Konservasi Perairan (BKKPN) Kupang. Angka ini menunjukan Provinsi NTT telah menyumbang sekitar 17% dari 24,11 juta ha target kawasan konservasi yang ditetapkan oleh KKP di tahun 2024.

Flores Timur, Lembata dan Sikka adalah  wilayah kepulauan yang saling terhubung dan merupakan habitat penting bagi ikan hiu, pari, penyu dan dan dugong. Tiuga kawasan adalah jalur perlintasan setasea termasuk di dalamnya adalah paus pembunuh (Orcinus orca) dan paus biru (Balaenoptera musculus).

Ketiga wilayah ini memiliki Ekosistem perairan laut yang dangkal,  terdiri dari terumbu karang, lamun, dan mangrove yang masih dalam kondisi baik. Memiliki potensi sumber daya ikan demersal maupun pelagis yang besar. Keanekaragaman hayatinya sangat tinggi dan sebagai daya tarik wisata bahari berkelanjutan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini menjadikan KKD Flores Timur, Lembata, dan Sikka sebagai habitat penting yang harus dikelola secara berkelanjutan guna bermanfaat bagi masa mendatang. (ADVERTORIAL)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here